PK IMM PUTM PUTRA

Rabu, 04 Desember 2013

LIMA WASIAT DALAM SURAT AL-AN’ÂM: 151

Oleh: Budi Aditya Wardana
Utusan PDM Gunungkidul CP: 089672416793
Khutbah Pertama
Hadirin jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah
            Agama Islam diturunkan ke dunia ini melalui Rasul-Nya Muhammad SAW adalah sebagai rahmatan lil ‘âlamîn yang juga menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Agama Islam mengatur segala aspek kehidupan mulai dari urusan yang terkecil hingga urusan yang rumit, terlebih adalah urusan yang menyangkut nyawa dan hak seseorang.
            Setiap melakukan ibadah Shalat kita selalu meminta kepada Allah SWT agar ditunjukkan jalan yang lurus yaitu ketika kita membaca surat al-Fatihâh. Namun bagaimana cara untuk menggapai shirâth al-mustaqîm tersebut ? maka dalam hal ini Allah SWT telah mengisyaratkan kepada para hamba-Nya dalam surat al-an’âm ayat 151-153 yang juga disebut dengan wasiat (perintah) yang sepuluh. Namun disini khatib hanya akan menyebutkan lima wasiat saja yang terdapat dalam ayat 151.
Hadirin jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah
            Allah SWT berfirman dalam surat al-An’âm ayat 151
۞ قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُم مِّنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
 Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
            Dari ayat di atas terdapat beberapa wasiat yang dapat kita ambil, diantaranya:
1.      Larangan Berbuat Kesyirikan.
Perbuatan syirik (menyekutukan Allah SWT) merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT, hingga Allah SWT tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik, akan tetapi mengampuni dosa selain syirik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nisâ’ ayat 48:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah SWT, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
2.      Perintah Agar Berbuat Baik Kepada Ibu dan Bapak.
Dalam agama Islam, berbuat baik kepada orang tua merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga Allah SWT sering mengiringkan antara ketaatan kepada Allah SWT dengan berbakti kepada orang tua. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Isrâ’ ayat 23,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
3.      Larangan Membunuh Anak.
Setelah Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua lalu Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berbuat kepada anak-anak kita, yaitu dengan tidak membunuhnya. Namun akhir-akhir ini sering kita dapati banyak diantara orang tua yang tega membunuh anaknya, hanya karena takut dan khawatir anaknya akan mengalami kemiskinan dimasa mendatang. Tentunya hal ini sangat tidak dibenarkan oleh Islam, sebab pada hakikatnya Allah SWT lah yang akan memberi rizki kepada mereka. Oleh karena itu Allah SWT berfirman:
نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ 
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka
4.      Larangan Mendekati Perbuatan-Perbuatan yang Keji
Ada sebuah hadits yang menguatkan hal ini yaitu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah,
لَا أَحَدَ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ فَلِذَلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Tidak ada yang lebih cemburu (ketika larangan dilanggar) dibanding Allah SWT. Karena itulah Dia mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.”
Sudah jelas disini bahwasanya Allah SWT mengharamkan perbuatan yang keji lagi mungkar, dan tentunya Allah SWT akan sangat marah ketika larangan-Nya telah dilanggar termasuk perbuatan keji ini.
5.      Larangan Membunuh Jiwa yang Diharamkan.
Hal ini juga dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah bin Amr, secara marfu’,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Barangsiapa yang membunuh orang yang diberi jaminan keamanan (mu’âhad), maka ia tidak akan mencium aroma surga, padahal aromanya tercium dari jarak 40 tahun perjalanan.”
Jika kita lihat akhir-akhir ini hati kita akan dibuat miris dengan berbagai pembunuhan di negri kita ini, betapa tidak ? berapa banyak korban yang tidak hanya dibunuh bahkan sebelumnya diperkosa dulu, lalu dimutilasi, dibakar dan lain sebagainya, sungguh ketika dalam keadaan seperti ini manusia tak ubahnya seperti binatang saja, na’udzubillah.
Hadirin jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah
Itulah lima wasiat yang terdapat dalam surat al-an’âm yang Allah SWT menutup ayat tersebut dengan ayat “Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”. Semoga kita dapat menjalankan perintah-Nya dan terjauh dari lima hal tersebut diatas khususnya dan umumnya dari seluruh apa-apa yang Allah SWT dan Rasul-Nya larang. amin

Khutbah Kedua
Hadirin jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah

            Pada khutbah yang kedua ini khatib akan sedikit menyimpulkan dari apa yang khatib sampaikan dari khutbah yang pertama, yaitu Allah SWT mewasiatkan 5 hal dalam surat al-an’âm ayat 151, diantaranya: larangan berbuat syirik, perintah berbuat baik pada orang tua, larangan membunuh anak, larangan mendekati perbuatan keji dan larangan membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT. Pada akhirnya kita berdo’a semoga terjauhkan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT dan rasul-Nya.

Jumat, 03 Mei 2013

Etos Kiwaneru; Rompi Kalkulus dan Kopiah Kalkulus


Siang itu, 13 Maret 2013, atmosfer Auditorium Kahar Mudzakkir, Universitas Islam Indonesia penuh sesak. Sekitar 600-an lebih anak manusia sudah duduk rapi di bangku yang telah disediakan panitia. Saya dan teman-teman yang memang sudah datang dari jam 10 pagi, setelah salat dzuhur sengaja mencari tempat terdepan. Dengan membawa kotak snack dan tas hitam, saya memilih deretan bangku nomor 3, di belakang persis bangku tamu kehormatan. Semua orang yang ada di situ sedang sama-sama menunggu. Menuggu seseorang yang tidak  lama lagi akan menjadi pembicara di acara tersebut.
Acara tersebut adalah salah satu serangkaian acara milad UII yang ke-70, bertajuk Presidential Series Lectures. Setiap seminggu sekali dalam satu bulan yang akan datang, secara berturut-turut, UII mendatangkan pembicara ahli dari berbagai bidangnya masing-masing dan tentu dengan tema yang berbeda-beda. Pembicaranya menurut saya tidak main-main. Selain pembicara pada minggu pertama ini, minggu-minggu berikutnya secara bergilir akan diisi oleh Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan RI), Anis Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) dan Amien Rais (Mantan Ketua MPR & Tokoh Reformasi).
Pembicara pada minggu pertama ini, tidak berlebihan jika saya sebut sebagai The Next Habibie. Nama Habibie atau lengkapnya Baharuddin Jusuf Habibie mungkin sudah sangat akrab di telinga kita. Selain karena dia adalah seorang ilmuwan hebat dan pemilik berbagai macam hak paten, juga karena ia pernah menjabat sebagai Menteri di salah satu kementerian dan presiden Indonesia. Tapi untuk orang yang satu ini, agaknya masih banyak yang belum mengenalnya. Sebagian bahkan mungkin masih sangat asing dengan namanya. Padahal sesungguhnya ia tak jauh berbeda kehebatannya dengan Habibie. Dia bukan profesor. Bukan tidak bisa, tapi tidak mau. Beberapa referensi yang saya baca menyebutkan bahwa ia tiga kali ditawari gelar kehormatan sebagai profesor, tapi ia tidak mau. Gelarnya sama dengan Habibie (DR. Eng/Doctor Engineering), hanya bedanya mungkin ia belum pernah menjabat sebagai orang nomor wahid di negara Indonesia. Dia adalah Warsito Purwo Taruno. Seorang anak desa kelahiran Karang Anyar Solo yang salah satu hak patennya digunakan oleh NASA, badan antariksa dunia yang bermarkas di Amerika. Luar biasa!

Selasa, 30 April 2013

Dan Mr. Crack pun Lebih Memilih Untuk Menulis


Bagi sebagian orang, menulis mungkin merupakan hal yang menjenuhkan, not impressive bahkan hanya membuang-buang waktu. Tapi bagi dia menulis adalah obat, penyembuh dan teman hidup. Ketika seseorang yang begitu ia cintai meninggalkan dirinya untuk selamanya, seorang dokter memvonisnya terkena psikosomatis malignant. Sebuah gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik yang dapat merusak organ-organ tubuh lain. Penderitanya tenggelam dalam kesedihan yang teramat sangat. Bahkan, akibat paling besar dari gangguan itu adalah kematian.
Empat opsi yang diberikan sang dokter kepadanya; dirawat di rumah sakit jiwa, tetap di rumah tapi ada tim dokter yang merawat, mencurahkan semua isi hati kepada orang-orang terdekatnya atau menuangkannya dalam tulisan. Dan pada akhirnya, dia memilih yang terakhir; menuangkannya dalam sebuah tulisan. Kini setelah tulisannya paripurna, ia berangsur ‘sembuh’, kembali menjadi seorang manusia ‘normal’, menikmati hari tuanya, sembari menunggu sang Maha Cinta mempertemukannya kembali dengan seseorang yang paling ia cintai. Itulah dia. Sang Mr. Crack, Baharuddin Jusuf Habibie.
Siapa yang tak kenal dia? Seorang jenius pemilik 46 hak paten di bidang Aeronautika. Dialah sosok anak bangsa yang dapat mengkolaborasikan cinta, nasionalisme, profesionalisme dan religiusitas dengan begitu mendalam, tulus dan jujur. Itulah yang bisa saya tarik dari kisah seorang Habibie dan Ainun yang dibingkai dalam sebuah film berdurasi 2 jam.

Senin, 29 April 2013

Menjadi Pemimpin yang dicintai Rakyat



Oleh: Nicky Alma Febriana Fauzi*
Seorang pemimpin di setiap elemen kehidupan merupakan sosok krusial (penentu) yang paling urgent keberadannya. Ia bisa diibaratkan seperti nahkoda kapal yang harus siap-siaga dalam setiap pelayaran guna bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan seisi kapal. Mulai dari lingkup kecil, sosok ayah sebagai tulang puggung rumah tangga adalah pemimpin bagi setiap anggota keluarganya. Sementara di lingkup yang lebih besar (masyarakat), sosok lurah, bupati, gubernur dan juga presiden atau pemimpin negara merupakan sosok-sosok yang harus bertanggung jawab atas kesejahteraan para rakyatnya.
Menjadi sosok pemimpin yang dicintai anggotanya (baca: rakyat) adalah mimpi dan harapan besar dari setiap pemimpin. Hal ini dapat dimengerti karena salah satu parameter sederahana yang dapat digunakan untuk mengukur seorang pemimpin itu sukses atau tidak adalah dengan melihat respon serta kecintaan masyarakat kepadanya. Bila respon masyarakat kepadanya baik, maka bisa dipastikan pemimpin itu telah sukses dalam mengayomi para anggotanya. Namun sebaliknya, bila respon masyarakat kepadanya buruk, maka besar kemungkinan bahwa ia telah gagal dalam melaksanakan amanah sebagai pemimpin rakyat.
Islam sebagai ‘pemimpin’ dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya, dalam sejarahnya telah mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin yang dicintai rakyat. Contoh paling masyhur dan nyata adalah Nabi Muhammad saw, yang selain menjadi Rasul (utusan) juga menjadi pemimpin negara kala itu. Islam, melalui ‘tangan emas’ Rasulullah mampu mensejahterakan bahkan mengayomi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang ras, suku bahkan agama. Rasulullah tidak hanya dicintai kaum muslimin, tapi lebih dari itu orang-orang non-muslim juga merasa mendapatkan perlindungan serta pengayoman di bawah payung kepemimpinannya. Sosok pemimpin seperti inilah yang senantiasa dirindukan kehadirannya oleh umat. Sosok pemimpin yang bertanggung jawab, adil, jujur, tidak otoriter, berpihak kepada yang lemah dan merakyat.
Meskipun sekarang Rasulullah telah tiada, namun paling tidak spirit kepemimpinan beliau dapat terus terwariskan ke dalam setiap diri pemimpin yang benar-benar berusaha meneladaninya. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memaparkan beberapa hadis tentang pemimpin dan kepemimpinan serta kriteria-kriteria pemimpin yang dicintai rakyat.

Membuka Kembali Pintu Ijtihad dalam Ilmu Hadits (Resensi Buku Karya Dr. Kasman; Hadits dalam Pandangan Muhammadiyah)


Oleh: Nicky Alma Febriana Fauzi*
Himpunan Putusan Tarjih atau yang sering disingkat HPT, bisa dikatakan merupakan salah satu kitab (buku) yang menjadi pedoman warga Muhammadiyah untuk melaksanakan segala aktivitas ibadah maupun muamalah yang tercakup di dalamnya. Lebih dari itu bahkan oleh sebagian warganya, keberadaan HPT dianggap sangat istimewa dan otorotatif, untuk tidak mengatakan disakralkan.
Fenomena demikian ternyata tidak membuat Dr. Kasman (ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember) menutup diri untuk bersikap kritis terhadap HPT. Dalam bukunya yang berjudul “Hadits Dalam Pandangan Muhammadiyah”, ia berhasil mengkritisi hadits-hadits yang ada dalam HPT dengan sangat obyektif. Buku yang berasal dari disertasinya ini selain menggambarkan dengan detail manhaj Muhammadiyah dalam memandang suatu hadits, juga mengukur seberapa konsisten Muhammadiyah, dalam hal ini Majelis Tarjih menggunakan dan menerapkan manhajnya tersebut.

FATWA TENTANG FENOMENA UJIAN NASIONAL (UN) DI INDONESIA



Oleh: Aulia Abdan Idza Shalla

Sebagai seorang pelajar, pastilah kita pernah mengalami masa-masa Ujian Nasional. Satu hajatan besar Pendidikan Nasional di Indonesia yang dapat dikatakan sebagai penentu nasib seorang pelajar. Banyak perdebatan yang menyeruak terkait dengan peristiwa tersebut. Dalam tulisan singkat ini penulis mencoba mengangkat masalah tersebut dari sudut pandang agama. Bagaimana agama Islam mensikapinya? Berikut ulasan singkatnya.
Beberapa sisi yang menjadikan Ujian Nsional banyak menuai perdebatan:
1. Ujian Nasional yang menerapkan standar tinggi baik dari segi nilai maupun kualitas soal. Dikatakan tinggi karena standar yang dipakai adalah standar kurikulum di kota-kota sedangkan seluruh sekolah di Indonesia diwajibkan menyelenggarakan UN entah masyarakat kota maupun desa. Bagi masyarakat desa, UN adalah satu hal yang sangat berat.