PK IMM PUTM PUTRA

Selasa, 30 April 2013

Dan Mr. Crack pun Lebih Memilih Untuk Menulis


Bagi sebagian orang, menulis mungkin merupakan hal yang menjenuhkan, not impressive bahkan hanya membuang-buang waktu. Tapi bagi dia menulis adalah obat, penyembuh dan teman hidup. Ketika seseorang yang begitu ia cintai meninggalkan dirinya untuk selamanya, seorang dokter memvonisnya terkena psikosomatis malignant. Sebuah gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik yang dapat merusak organ-organ tubuh lain. Penderitanya tenggelam dalam kesedihan yang teramat sangat. Bahkan, akibat paling besar dari gangguan itu adalah kematian.
Empat opsi yang diberikan sang dokter kepadanya; dirawat di rumah sakit jiwa, tetap di rumah tapi ada tim dokter yang merawat, mencurahkan semua isi hati kepada orang-orang terdekatnya atau menuangkannya dalam tulisan. Dan pada akhirnya, dia memilih yang terakhir; menuangkannya dalam sebuah tulisan. Kini setelah tulisannya paripurna, ia berangsur ‘sembuh’, kembali menjadi seorang manusia ‘normal’, menikmati hari tuanya, sembari menunggu sang Maha Cinta mempertemukannya kembali dengan seseorang yang paling ia cintai. Itulah dia. Sang Mr. Crack, Baharuddin Jusuf Habibie.
Siapa yang tak kenal dia? Seorang jenius pemilik 46 hak paten di bidang Aeronautika. Dialah sosok anak bangsa yang dapat mengkolaborasikan cinta, nasionalisme, profesionalisme dan religiusitas dengan begitu mendalam, tulus dan jujur. Itulah yang bisa saya tarik dari kisah seorang Habibie dan Ainun yang dibingkai dalam sebuah film berdurasi 2 jam.

Senin, 29 April 2013

Menjadi Pemimpin yang dicintai Rakyat



Oleh: Nicky Alma Febriana Fauzi*
Seorang pemimpin di setiap elemen kehidupan merupakan sosok krusial (penentu) yang paling urgent keberadannya. Ia bisa diibaratkan seperti nahkoda kapal yang harus siap-siaga dalam setiap pelayaran guna bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan seisi kapal. Mulai dari lingkup kecil, sosok ayah sebagai tulang puggung rumah tangga adalah pemimpin bagi setiap anggota keluarganya. Sementara di lingkup yang lebih besar (masyarakat), sosok lurah, bupati, gubernur dan juga presiden atau pemimpin negara merupakan sosok-sosok yang harus bertanggung jawab atas kesejahteraan para rakyatnya.
Menjadi sosok pemimpin yang dicintai anggotanya (baca: rakyat) adalah mimpi dan harapan besar dari setiap pemimpin. Hal ini dapat dimengerti karena salah satu parameter sederahana yang dapat digunakan untuk mengukur seorang pemimpin itu sukses atau tidak adalah dengan melihat respon serta kecintaan masyarakat kepadanya. Bila respon masyarakat kepadanya baik, maka bisa dipastikan pemimpin itu telah sukses dalam mengayomi para anggotanya. Namun sebaliknya, bila respon masyarakat kepadanya buruk, maka besar kemungkinan bahwa ia telah gagal dalam melaksanakan amanah sebagai pemimpin rakyat.
Islam sebagai ‘pemimpin’ dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya, dalam sejarahnya telah mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin yang dicintai rakyat. Contoh paling masyhur dan nyata adalah Nabi Muhammad saw, yang selain menjadi Rasul (utusan) juga menjadi pemimpin negara kala itu. Islam, melalui ‘tangan emas’ Rasulullah mampu mensejahterakan bahkan mengayomi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang ras, suku bahkan agama. Rasulullah tidak hanya dicintai kaum muslimin, tapi lebih dari itu orang-orang non-muslim juga merasa mendapatkan perlindungan serta pengayoman di bawah payung kepemimpinannya. Sosok pemimpin seperti inilah yang senantiasa dirindukan kehadirannya oleh umat. Sosok pemimpin yang bertanggung jawab, adil, jujur, tidak otoriter, berpihak kepada yang lemah dan merakyat.
Meskipun sekarang Rasulullah telah tiada, namun paling tidak spirit kepemimpinan beliau dapat terus terwariskan ke dalam setiap diri pemimpin yang benar-benar berusaha meneladaninya. Dalam tulisan ini, penulis mencoba memaparkan beberapa hadis tentang pemimpin dan kepemimpinan serta kriteria-kriteria pemimpin yang dicintai rakyat.

Membuka Kembali Pintu Ijtihad dalam Ilmu Hadits (Resensi Buku Karya Dr. Kasman; Hadits dalam Pandangan Muhammadiyah)


Oleh: Nicky Alma Febriana Fauzi*
Himpunan Putusan Tarjih atau yang sering disingkat HPT, bisa dikatakan merupakan salah satu kitab (buku) yang menjadi pedoman warga Muhammadiyah untuk melaksanakan segala aktivitas ibadah maupun muamalah yang tercakup di dalamnya. Lebih dari itu bahkan oleh sebagian warganya, keberadaan HPT dianggap sangat istimewa dan otorotatif, untuk tidak mengatakan disakralkan.
Fenomena demikian ternyata tidak membuat Dr. Kasman (ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember) menutup diri untuk bersikap kritis terhadap HPT. Dalam bukunya yang berjudul “Hadits Dalam Pandangan Muhammadiyah”, ia berhasil mengkritisi hadits-hadits yang ada dalam HPT dengan sangat obyektif. Buku yang berasal dari disertasinya ini selain menggambarkan dengan detail manhaj Muhammadiyah dalam memandang suatu hadits, juga mengukur seberapa konsisten Muhammadiyah, dalam hal ini Majelis Tarjih menggunakan dan menerapkan manhajnya tersebut.

FATWA TENTANG FENOMENA UJIAN NASIONAL (UN) DI INDONESIA



Oleh: Aulia Abdan Idza Shalla

Sebagai seorang pelajar, pastilah kita pernah mengalami masa-masa Ujian Nasional. Satu hajatan besar Pendidikan Nasional di Indonesia yang dapat dikatakan sebagai penentu nasib seorang pelajar. Banyak perdebatan yang menyeruak terkait dengan peristiwa tersebut. Dalam tulisan singkat ini penulis mencoba mengangkat masalah tersebut dari sudut pandang agama. Bagaimana agama Islam mensikapinya? Berikut ulasan singkatnya.
Beberapa sisi yang menjadikan Ujian Nsional banyak menuai perdebatan:
1. Ujian Nasional yang menerapkan standar tinggi baik dari segi nilai maupun kualitas soal. Dikatakan tinggi karena standar yang dipakai adalah standar kurikulum di kota-kota sedangkan seluruh sekolah di Indonesia diwajibkan menyelenggarakan UN entah masyarakat kota maupun desa. Bagi masyarakat desa, UN adalah satu hal yang sangat berat.