PK IMM PUTM PUTRA

Jumat, 03 Mei 2013

Etos Kiwaneru; Rompi Kalkulus dan Kopiah Kalkulus


Siang itu, 13 Maret 2013, atmosfer Auditorium Kahar Mudzakkir, Universitas Islam Indonesia penuh sesak. Sekitar 600-an lebih anak manusia sudah duduk rapi di bangku yang telah disediakan panitia. Saya dan teman-teman yang memang sudah datang dari jam 10 pagi, setelah salat dzuhur sengaja mencari tempat terdepan. Dengan membawa kotak snack dan tas hitam, saya memilih deretan bangku nomor 3, di belakang persis bangku tamu kehormatan. Semua orang yang ada di situ sedang sama-sama menunggu. Menuggu seseorang yang tidak  lama lagi akan menjadi pembicara di acara tersebut.
Acara tersebut adalah salah satu serangkaian acara milad UII yang ke-70, bertajuk Presidential Series Lectures. Setiap seminggu sekali dalam satu bulan yang akan datang, secara berturut-turut, UII mendatangkan pembicara ahli dari berbagai bidangnya masing-masing dan tentu dengan tema yang berbeda-beda. Pembicaranya menurut saya tidak main-main. Selain pembicara pada minggu pertama ini, minggu-minggu berikutnya secara bergilir akan diisi oleh Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan RI), Anis Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) dan Amien Rais (Mantan Ketua MPR & Tokoh Reformasi).
Pembicara pada minggu pertama ini, tidak berlebihan jika saya sebut sebagai The Next Habibie. Nama Habibie atau lengkapnya Baharuddin Jusuf Habibie mungkin sudah sangat akrab di telinga kita. Selain karena dia adalah seorang ilmuwan hebat dan pemilik berbagai macam hak paten, juga karena ia pernah menjabat sebagai Menteri di salah satu kementerian dan presiden Indonesia. Tapi untuk orang yang satu ini, agaknya masih banyak yang belum mengenalnya. Sebagian bahkan mungkin masih sangat asing dengan namanya. Padahal sesungguhnya ia tak jauh berbeda kehebatannya dengan Habibie. Dia bukan profesor. Bukan tidak bisa, tapi tidak mau. Beberapa referensi yang saya baca menyebutkan bahwa ia tiga kali ditawari gelar kehormatan sebagai profesor, tapi ia tidak mau. Gelarnya sama dengan Habibie (DR. Eng/Doctor Engineering), hanya bedanya mungkin ia belum pernah menjabat sebagai orang nomor wahid di negara Indonesia. Dia adalah Warsito Purwo Taruno. Seorang anak desa kelahiran Karang Anyar Solo yang salah satu hak patennya digunakan oleh NASA, badan antariksa dunia yang bermarkas di Amerika. Luar biasa!