PK IMM PUTM PUTRA

Kamis, 10 Mei 2012

PEMIMPUN HANYA BUTUH NIAT, SEMANGAT, TEKAD, DAN SAHABAT ; REFLEKSI KETUM (2008-2009)


Oleh : Khairul Anam


A. Dasar pemikiran didirikannya IMM di PUTM

Ikatan Mahasisiwa Muhammadiyah (IMM) komisariat PUTM didirikan di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Pusat Muhamadiyah Yogyakarta bukan sekedar kebetulan atau sekedar sebagai pelengkap struktur lembaga pendidikan di PUTM. IMM didirikan di PUTM adalah buah dari pemikiran panjang dan usaha keras perjuangan teman-teman anggakatan ke lima Thalabah PUTM. Diantara pokok pemikiran yang melandasi berdirinya IMM komisariat PUTM adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Alumni PUTM

Thalabah-Thalabah yang masuk ke PUTM tidak semua berangkat dari latar belakang pendidikan Muhammadiyah atau berasal dari keluarga warga Muhammadiyah, justru sebaliknya Thalabah PUTM banyak belasal dari pondok pesantren atau pendidikan umum. Mereka baru mengenal Muhammadiyah di PUTM, sehingga hal ini menjadi persoalan tersendiri dalam proses perkaderan yang berlangsung di PUTM. Sementara itu, pada sisi yang lain PUTM bukanlah lembaga khusus perkaderan, akan tetapi lembaga pendidikan kader ulama yang mengkhususkan pada bidang Ketarjihan. Dua faktor di atas ditambah dengan faktor-faktor yang lain, menjadi tantangan tersendiri dalam proses perkaderan di PUTM, sehingga out put yang dihasilkan juga menghasilkan alumni yang beragam. Secara umum idiologi alumni PUTM tidak diragukan lagi keberpihakannya terhadap Muhammadiyah, akan tetapi alumni PUTM mengalami kesulitan dalam mengekpresikan idiologinya tersebut dalam bermuhammadiyah.

Berdasarkan pengamatan yang kita lakukan, alumni-alumni PUTM khususnya angkatan ke empat ke atas secara akademik tidak diragukan lagi kompetensi keilmuanya, akan tetapi terdapat beberapa catatan yang perlu untuk mendapat perhatian, sehingga hal itu tidak terjadi pada generasi alumni-alumni berikutnmya.

Beberapa catatan tersebut diantaranya adalah sebagian besar alumni PUTM tidak memahami proses perkaderan yang ada di Muhammadiyah dan juga perkaderan yang ada di Ortom Muhammadiyah, sehingga dalam bermuhammadiyah alumni PUTM tidak banyak dilibatkan dalam kegiatan formal Muhammadiyah, alumni PUTM lebih banyak berapa diluar stukural Muhammadiyah maupun struktural Ortom Muhmamadiyah. Alumni PUTM lebih banyak berapa pada lembaga-penbaga pendidikan, panti asuhan, dan pondok pesantren Muhammadiyah. Hal itu tidak salah, akan tetapi besarnya potensi yang dimiliki kader PUTM akan sangat disayangkan jika tidak bisa menembus struktural pimpinan Muhammadiyah sehingga bisa memberi manfaat lebih luas kepada Muhammadiyah.

Kurikulum PUTM secara formal dititik beratkan pada kompetensi keilmuan khususnya bidang ketarjihan, sedikit sekali atau bahkan tidak ada mata kuliah kepemimpinan atau keorganisasian khususnya Muhamdiyah dan Ortomnya kecuali hanya sebatas pengenalan saja, terlebih diberikan wadah untuk mengasah kemampuan beroganisasi. Sehingga wajar jika hal ini disadari ataupun tidak, berdampak pada lemahnya kemampuan alumni PUTM dalam hal manajerial organisasi.

Berawal dari ketidaktahuan, maka sikap selanjutnya adalah tidak mau tau, atau tidak perduli. Hal inilah yang terjadi, sebagian alumni PUTM tidak peduli dengan proses perkadan yang ada di Muhammadiyah maupun Ortom dan tidak mau mengikuti fase-fase proses perkaderan yang ada, sikap yang muncul adalah merasa istimewa dan minta di istimewakan. Yang lebih parah lagi, menganggap bahwa proses perkaderan yang ada sudah tidak “islami lagi” dengan tidak ada niat untuk ikut terlibat dan memperbaikinya.

Berangkat dari konsidi inilah, sebagian teman-teman khususnya Angkatan ke lima berfikir bagaimana cara menjembatani hal ini, maka salah satu solusi yang ditawalkan adalah perlunya kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di PUTM. Sehingga alumni PUTM tidak hanya ahli dibidang ketarjihan, tetapi juga memahami organisasi Muhammadiyah seutuhnya, baik secara ideologi mauapun secara organisasi, sehingga alumni PUTM bisa memainkan perannya lebih luas dan siap untuk mengisi sturktural pimpinan Muhammadiyah pada generasi berikutnya.

2. Perkaderan Ortom Muhammadiyah

Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta adalah lembaga pendidikan non formal yang setingkat dengan perguruan tinggi. Berdasarkan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah wajib menyelenggarakan perkaderan Muhammadiyah dan Ortomnya yang setingkat dengan lembaga tersebut, serta wajib memfasilitasi kegiatan keorganisasian perkaderan tersebut baik secara materil maupun non materil.

Atas dasar inilah, teman-teman yang sebelumnya sudah aktif di organisasi baik di IPM maupun IMM mendesak kepada PUTM agar diberikan izin untuk mendirikan IMM di PUTM. Pada waktu itu, PUTM memang tidak langsung memberikan izin, banyak pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh PUTM, salah satu pertimbangan yang saya masih ingat sampai sekarang adalah terdapat kekhawatiran jika IMM ada di PUTM maka thalabah terganggu konsentrasinya untuk belajar, takut kalau lebih mementingkan organisisi dari pada belajar, kemudian pertimbangan khusus dari Mudir PUTM yaitu almarhum Ust. Prapto Ibnu Juraimi adalah khawatir kalau thalabah PUTM tergoda dengan “si ranbut panjang” (istilah yang digunakan ust, untuk menyebut akhwat / imawati).

Untuk menepis kekhawatiran-kekhawatiran tersebut tidaklah mudah, pendekatan demi pendekatan terus kita lakukan, baik secara formal maupun non formal dengan melibatkan berbagai pihak termasuk Pimpinan Cabang AR Fakhruddin kota Yogyakarta pada waktu itu. Akhirnya usaha tersebut membuahkan hasil, tepatnya pada tanggal 13 November 2006 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Pendidikan Ulama Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi berdiri di PUTM.

3. IMM Sebagai Media Dakwah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi otonom Muhamadiyah yang memiliki misi utama yaitu melakukan proses perkaderan Muhamadiyah di tingkat mahasiswa tidak selamanya berjalan sesuai dengan misi yang ada. Silih bergantinya regerasi kepemimpinan, lakar belakang pendidikan kader yang berbeda, pemahaman terhadap agama Islam yang terbatas dan motif ber IMM yang berbeda-beda pula, hal ini menjadi penyebab tidak berjalannya proses perkadean berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kondisi ini pula yang terjadi di IMM khususnya Pimpinan Cabang AR Fakhriddin kota Yogkakarta tempat komisariat IMM PUTM bernaung. Kondisi yang sangat dominan pada waktu itu adalah kecenderungan faham sosioalis yang di geluti oleh kader-kader IMM serta etika organisasi yang kurang mencerminkan etika Islam. Kajian-kajian yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang lebih dioriestasikan pada kajian pemikiran-pemikiran barat khususnya faham sosialis, sehingga kader-kader IMM lebih faham teori tersebut dari pada al-Qur;an maupun hadits.

Disisi yang lain, kehidupan berorganisasinya pun tidak sepenuhnya mencerminkan etika yang islami. Banyak sekali etika-etika yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sebagai contoh etika bermusyawarah, etika dalam pelatihan, etika dalam berpakaian, praktek beribadah, dan masih masih banyak lagi yang lain. Kondisi-kondisi seperti ini tentunya tidak bisa dibiarkan terus menenus karena hal ini tidak sesuai dan tidak sejalan dengan tujuan Muhammadiyah mendidirkan ortorm IMM.

Thalabah PUTM sebagai kader ulama sekaligus kader dakwah tentu tidak bisa tingggal diam melihat kondisi seperti ini, tanggung jawab moral sebagai kader Muhammadiyah berada di pundaknya, terlebih thalabah PUTM adalah setingkat mahasiswa. Sebelum berdakwah di masyarakat secara luas, maka dakwah pertama yang harus dilakukan adalah dakwah di IMM. harapanya dengan kehadiran PUTM di IMM bisa mewarnai proses perkaderan di IMM sehingga berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan. Meskipun tidak bisa merubah secara total, minimal dengan kehadiran PUTM di IMM bisa memberikan warna yang berbeda di tubuh IMM khususnya Cabang AR Fakhruddin kota Yogyakarta.

4. IMM Sebagai Panitia Kegiatan di PUTM

Sebelum didirikannya IMM di PUTM, sebenarnya sudah ada organisasi internal thalabah PUTM. Salah satu kelemahan organisasi internal adalah lemahnya jaringan dan akses keluar, kemudian juga tidak mempunyai basis masa yang besar. Sehingga hal ini tidak menguntungkan bagi PUTM ketika mengadakan acara atau kegiatan seminar. Kemudian organisasi internal juga kurang dikenal oleh masyarkat luas, dan juga kurang mendapat pengakuan di lingkungan Muhammadiyah. Kemudian secara administrasi surat menyurat pun juga kurang mendapat perhatian dari orang yang kita undang termasuk dalam hal penggalangan dana.

Oleh sebab itu, kehadiran IMM sebagai oganisasi perkaderan resmi di Muhammadiyah sangat diperlukan, baik secara kepanitian maupun secara mengakukan organisasi. Sehingga kegiatan-kegiatan yang diadakan di PUTM baik kegiatan internal thalabah maupun kegiatan yang diselengggarkan PUTM sendiri dapat berjalan dengan maksimal dan mendapat sambutan di masyarakat dan di lingkungan Muhammadiyah.

B. Kepemimpinan Periode II (2008-2009)

Awal-awal kepengurusan yang cukup sulit, dibayang-bayangi issu pembubaran IMM di PUTM, kejenuhan berorganisasi karena sudah dua tahun menjabat ( periode pertama selama 2 tahun) dan sekarang harus menjabat lagi untuk tahun yang ke tiga, kendala usia yang relatif tidak muda lagi, kekecewaan sebagian teman-teman kepada sebagaian pimpinan pada periode awal, kemudian kendala yang tidak kalah sulitnya adalah PUTM tidak memberikan ruang gerak untuk berorganisasi secara maksimal, baik dalam hal waktu untuk kegiatan maupun pendanaan, sehingga lengkaplah problem yang kita hadapi, semangat berorganisasi berada pada titik terendah pada waktu itu, ibarat pepatah “hidup segan mati jangan”.

Menghadapi situasi yang sulit seperti ini tidaklah mudah, butuh kesabaran dan pengorbaan untuk mengembalikan kepercayaan. Dengan semboyan yang saya miliki “Dengan niat, semangat, dan tekad kita bisa berbuat lebih banyak” saya dibantu dengan beberapa teman mencoba untuk kembali bangkit, sedikit demi sedikit kita melangkah menjakankan roda organisasi ini, meskipun tidak jarang dalam banyak kegiatan saya harus bekerja sendiri. Pelan namun pasti, usaha tersebut membuahkan hasil kepercayaan mulai tumbuh di kalangan teman-teman dengan ditandai keikutsertaan mereka dalam rapat-rapat komisarat, kegiatan-kegiatan dan pendelegasian kegiatan keluar. Kepercayaan dari PUTM pun mulai tumbuh dengan di izinkannya IMM mengukti kegiatan-kegiatan keluar, serta di ikutsertakannya IMM dalam rapat-rapat internal PUTM yang menyangkut kurikulum dan kepentinagan thalabah secara umum.

Diantara kegiatan-kegiatan yang terlaksana pada masa kepengurusan saya adalah pelantikan dan serah terima jabatan, DAD beserta folluw upnya, pembuatan stiker amal, perpustakaan, mading, spanduk, kajian, training, koperasi IMM, pembuatan KTA, pembuatan papan nama IMM, aksi penggalangan dana peduli palestina, mengikuti Musyawarah Cabang (muscab), Musyawarah Daerah (musda), trapol, menghadiri undangan komisariat, dan mengisi kajian ibadah dikomisariat FAI UMY.

C. Pengalaman Paling Menarik Periode II

Pengalaman adalah sebuah proses pembentukan karakter manusia, pengalaman pahit maupun mengalaman manis sebenarnya sama-sama baiknya, tapi kalau ditanya pengalaman yang paling menarik diantara mengalman menarik yang lain adalah ketika kita mengadakan aksi sosial menggalangan dana peduli palesina pada tanggal 03-10 Januari 2009. Kegiatan aksi ini mampu menggerakkan semua kader IMM PUTM untuk ikut terlibat serta didukung penuh oleh PUTM.

Kegiatan ini berawal ketika terjadi penyerangan Israel terhadap Palestina, yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina dan mengancurkan infrastruktur memerintahan. Ide awal aksi ini berawal dari Ust. Zaini Munir dan mendapat sambutan dari teman-teman, kita tidak berani mengadakan acara ini tanpa persetujuan PUTM karena berbenturan dengan jam kuliah. Kegiatan ini kita laksanakan selama satu minggu, kita membuka posko di PUTM serta turun kejalan dan ke tempat wisata Kaliurang.

Dalam aksi ini kita bekerja sama dengan pengelola wisata Kaliurang, desa Ngipiksari, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pakem serta ortom-ortom Muhammadiyah yang ada di lingkungan Cabang Pakem. Aksi ini juga merupakan pengalaman pertama bagi saya dan teman-temen untuk berani meminta uang di jalanan dan di tempat-tempat wisata, awalnya malu tapi akhirnya berani juga. Dana yang terkumpul dalam aksi ini alhamdulillah cukup banyak, lebih dari Rp 10 juta yang kita kumpulkan.

Dan yang tidak kalah pentingnya buah dari kegiatan ini adalah IMM PUTM mendapatkan simpati dari pengurus PUTM, sampai-sampai foto kegiatan ini di muat dalam prosur PUTM pada periode berikutnya. Hal ini memberikan dampak positif pada keberpihakan dan dukungan PUTM terhadap kegiatan-kegiatan IMM berikutnya.

D. Prgram Kerja

Terlampir ...

E. Kendala

Setiap periodesasi kepemimpinan pasti mempunyai kendala dan hambatan dalam menjalankan roda organanisasi, begitu juga periode kepemimpinan saya. Secara umum kendala dan hambatan yang kita alami pada waktu itu dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kendala internal dan kendala eksternal.

1. Kendala internal

Kendala internal yang kita hadapi diantaranaya adalah rendahnya minat berorganisaisi pada sebagian teman-teman, mereka lebih tertarik kepada kegiatan dakwah yang sifatnya kongrit dan cepat seperti dakwah di pedesaan, mereka tidak mau di pusingkan dengan kegiatan–kegiatan organisasi seperti rapat-rapat yang hasilnya tidak langsung kelihatan, di tambah lagi ada sebagian teman yang senang rapat tapi implementasinya tidak ada. Sikap ilfil terlebih dahulu terhadap konsisi IMM pada waktu itu, terutama dalam hal keberagamaanya, lebih khusus lagi dalam hal berbusana. Sehingga dimata sebagian teman-teman, IMM sudah tidak “islami lagi”, sehingga mereka tidak tertarik untuk bergabung dan aktif dengan IMM.

Kendala yang lain yang cukup berpengaruh juga adalah faktor usia. Thabah PUTM dulu dengan sekarang berbeda, kalau dulu thalabah yang masuk ke PUTM rata-rata sudah berumur 21 tahun ke atas, memasuki periode kedua tentunya sudah berusia 24 tahun, usia yang tidak muda lagi untuk jabatan komisariat, usia kita lebih tua dari teman-teman Pimpinan Cabang. Sehingga pemikiran yang muncul pada sebagian teman-teman adalah sudah tidak waktunya lagi kita berapa di IMM, terlebih mereka sudah menjabat pada periode pertama selama dua tahun dan sekarang harus menjabat lagi.

Kemudian kendala internal yang lain adalah kendala yang datang dari saya pribadi sebagai ketua umum yaitu rendahnya elektabiliats (pengaruh) kepemimpinan. Sehingga saya tidak mampu untuk menggerakkan dan mempengaruhi teman-teman untuk aktif beroganisasi, yang kemudian juga berimbas pada ketidak mampuan untuk mengkoordinasikan antar bidang dan anggota IMM denagan baik.

2. Kendala eksternal

Selain kendala internal, kendala eksternal juga sangat berpengaruh terhadap kinerja organisai pada periode saya, dan bahkan kendala eksternal lah yang menjadi penyebab malesnya kita berorgabisasi di PUTM. Beberapa kendala eksternal yang sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi IMM di PUTM adalah letak geografis komisariat PUTM yang sangat jauh dari kota dan jauh dari Pimpinan Cabang serta Pimpinan Komisariat yang lain. Sehingga jarak tempuh yang sangat jauh menjadi kendala bagi kita untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keluar, dan pada waktu itu kita tidak mempunyai kendaraan sendiri dan PUTM pun juga tidak menyediakan kendaraan bermotor untuk kegiatan organisasi.

Selain itu, padatnya jadwal kerkuliahan juga menjadi kendala serius bagi kita, nyaris tidak ada waktu yang luang untuk menjalankan kegiatan organisasi. Padatnya jadwal perkuliahan juga membuat kita lelah baik secara fisik maupun pikiran sehingga untuk menambah kegiatan baru membuat kita berfikir ulang. Sehingga upaya yang kita lakukan pada waktu itu adalah meminta kepada PUTM untuk disediakan waktu khusus untuk kegiatan organisasi. Dan terakhir kendala yang juga sangat berpengaruh adalah keterbatasan dana komisariat yang dimiliki.

Usaha yang saya lakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut di atas adalah dengan mengadakan dialog dengan teman-teman dan juga dengan PUTM, menyuarakan kendala-kendala yang kita hadapi setiap ada kesempatan baik dalam perkuliahan, dalam rapat-rapat PUTM, dan juga lewat dosen-dosen yang kita anggap mampu untuk menyampaikan aspirasi kita kepada PUTM (Nb: Almarhum ust. Ibnu Juraimi meskipun keras pendiriannya namun beliau demokratis). Adapun upaya untuk mengatasi kendala internal yang bisa kita lakukan adalah pendekatan persuasif, pendekatan persahabatan, kemudian kita berusaha memberikan contoh terlebih dahulu sebelum mengajak atau menguruh.

F. Harapan Dan Cita-Cita IMM di PUTM Kedepan

Harapan dan cita-cita kita ke depan dengan kehadiran IMM di PUTM adalah komisariat IMM PUTM baik putra maupun putri bisa memainkan peran dakwahnya yang lebih luas di lingkungan IMM, khususnya Cabang AR. Fakrunddin kota Yogyakarta dengan tanpa harus kehilangan jadi diri sebagai thalabah dan thalibat PUTM. Semangat dakwah harus menjiwai pada setiap kegiatan organisasi, karena semangat dakwah inilah yang menjadi ruh kita mendirikan IMM di PUTM ini.

Bagi thalabah dan thalibat PUTM, IMM bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebagai media dakwah, sarana pembelajaran, dan fase perkaderan yang ada di Muhammadiyah yang harus dilalui. Tujuan akhir thalabah dan thalibat PUTM yang utama adalah sebagai kader Tarjih dan kader dai Muhammadiyah dengan ranah dakwahnya adalah persyarikatan Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya. Saya yakin jika kalian berhasil berdakwah di IMM maka itu menjadi cerminan kesuksan kalian berdakwah di perstarikatan Muhammadiyah dam masyarkat, karena IMM adalah bagian terkecil dari Muhammadiyah dam masyarkat.

“IMM PUTM is IMM PUTM”, satu kalimat yang harus kita fahami bersama. IMM komisariat PUTM jelas berbeda dengan komisarit-komisariat lain yang ada di Cabang AR. Fakruddin, sehingga jangan membanding-bandingkan dengan komisariat yang lain karena kita berbeda dan selamanya kita akan berbeda. Keterbatasan dalam setiap komisariat pasti ada termasuk komisariat PUTM, harapan kita jadikan keterbatasan-keterbatasan yang ada sebagai kelebihan dan keunggulan yang tidak dimilki oleh komisariat yang lain. Jadikan diri kita bangga menjadi bagian dari kader IMM komisariat PUTM bukan malah sebaliknya.

Kemudian harapan saya yang terkahir adalah jadikan IMM komisariat PUTM sebagai komisariat percontohan. Dengan segala potensi besar yang dimiliki kader-kader PUTM saya yakin dan percaya bahwa komisariat PUTM mampu menjadi komisariat percontohan, contoh dalam hal ketertipan administrasi, contoh dalam hal keaktifan organisasi (Nb: aktif bukan berarti selalu mengikuti kegiatan keluar), dan yang lebih penting adalah contoh dalam hal pengamalan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan berorganisai.

G. Pesan Untuk Talabah Dan Thalibat PUTM

Dalam diri thalabah dan thalibat PUTM terdapat hak PUTM, hak pimpinan Muhammadiyah yang mengutus dan hak diri pribadi. Tunaikan hak-hak tersebut dengan baik, jangan sampai dengan keaktifannya di IMM mengurangi hak-hak yang lain, Justru sebaliknya gunakan IMM untuk menyempurnakan hak-hak mereka. Sehingga kader-kader IMM PUTM dituntut untuk bisa membagi waktu dengan baik, serta bisa memanfaatkan waktu yang ada dengan semaksimal mungkin.

Menyambung pesan yang di sampaikan oleh almarhum ust. Ibu Juraimi kepada kami adalah thalabah PUTM jangan sampai tergoda dengan “ si rambut panjang” begitu juga thalibat jangan tergoda dengan “si rambur pendek”. Jaga nama baik thalabah dan thalibat PUTM, nama lembaga PUTM dan juga nama besar Muhammadiyah.

kemudian pesan saya yang terakhir adalah jalilah thalabah dan thalibat PUTM yang berprestasi di bidang akademik yang sedang dijalaninya. Kader IMM yang Baik adalah mereka yang sukses di bidangnya, bukan yang lama kuliahnya atau karena keaktifannya prenstasinya menjadi menurun.

3 komentar: