PK IMM PUTM PUTRA

Kamis, 10 Mei 2012

Titik Kisar Perjalananku Mengarungi Bahtera Bersama PK IMM PUTM : REFLEKSI KETUM (2010-2011, 2011-2012)


oleh : Immawan Fahmi Firmansyah

“Bermuhammadiyah adalah berislam, berdakwah, berorganisasi, berjuang/berjihad, berkorban”

(allahu yarham Ust. Suprapto Ibnu Juraim, mantan mudir PUTM)

Itulah kata-kata yang pernah dilontarkan oleh salah satu mantan mudir PUTM, allahu yarham Ust. Suprapto Ibnu Juraim. Kata-kata ini telah terlontar tentunya dengan suatu alasan untuk memberikan pengertian tentang semangat bermuhamadiyah kepada para kader muhammadiyah.

PUTM atau yang sering dijuluki “Pondok Lereng Merapi” oleh penulis adalah suatu lembaga muhammadiyah yang langsung dimonitoring oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PUTM didirikan untuk menggembleng kader-kader muhammadiyah dari berbagai penjuru daerah di Indonesia, bahkan pada tahun 2011 kemarin telah menerima 1 mahasiswa yang berasal dari singapura. Tentunya begitu membagakan.

Namun, sebagai kader-kader muhammadiyah yang digembleng di PUTM, tentunya dibutuhkan pula pengalaman berorganisasi, sehingga ketika para thalabah PUTM telah ditugaskan ke berbagai daerah tidak mengalami “gagap” organisasi. Inilah salah satu alasan kenapa diadakannya organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di PUTM.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi otonom muhammadiyah yang bergerak pada ranah mahasiswa, begitu pula di PUTM. Mengapa IMM didirikan di PUTM? Itulah pertanyaan yang selalu muncul ketika penulis baru menginjakkan kaki di “Pondok Lereng Merapi” tersebut. Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh ustadz Zaini Munir Fadhali, bahwa IMM didirikan di PUTM bertujuan untuk memberikan pengetahuan berorganisasi, merasakan bermuhammadiyah kepada para thalabah, karena dengan suatu alasan, bahwa para alumni-alumni PUTM yang telah mengabdi di PDM atau muhammadiyah tingkat manapun kebanyakan belum mengenal muhammadiyah dengan baik, IPM saja tidak tahu, apalagi IMM. Itu merupakan suatu dilemma bagi seorang kader muhammadiyah yang digembleng di PUTM.

Selain dari pada itu, menurut hemat penulis ada alasan lain kenapa IMM didirikan di PUTM, yaitu agar membentuk kekuatan soft skill bagi para thalabah PUTM. Karena dengan berorganisasi, kemampuan soft skill yang ada pada diri thalabah dapat terasah.

Selama hampir 3 tahun ikut terjun dalam wadah PK IMM PUTM Putra, mungkin penulis adalah orang yang paling “beruntung” karena bisa merasakan kursi kepemimpinan atau ketua umum dalam kapal yang bernama PK IMM PUTM Putra selama 2 periode secara berturut-turut (Periode 2010-2012). Entah kenapa para immawan-immawan PK IMM PUTM pada musykom yang ke IV tahun 2011 menobatkan saya menjadi ketua umum untuk yang kedua kalinya. Mungkin pada masa itu mengikuti trend paska muktamar muhammadiyah 1 abad di Yogyakarta yang memilih Pah Din Syamsuddin menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan berita Penetapan Sri Sultan Hamengkubuwono X, sehingga “virus” penetapan pun menjalar, merangsak naik sampai “Pondok Lereng Merapi”.

Ketika saya dilantik menjadi ketua umum PK IMM PUTM Putra untuk pertama kalinya, terbersit dalam pikiran saya tentang sabda Nabi Muhammad saw. yang berbunyi:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya : “setiap kalian adalah pemimpin, setiap kalian akan dimntai pertanggung jawaban, atas apa yang dipimpinnya”

Sebentang kalimat yang sederhana ini, merupakan jumlah iijaz, yang mengandung berjuta hikmah didalamya, diantaranya adalah, kekhawatiran Rasulullah saw. yang terpancar dari gambaran pertanggung jawaban yang akan dibebankan kepada ummatnya yang memimpin, sebuah tanggung jawab, yang jika bentuk tanggung jawabnya tidak seleweng, tidak semena-mena, berlaku adil atas apa yang ia pimpin, maka kepimimpinannya akan membawa rahmat yang besar, menjadikan dia penghuni daar al salam, taman yang didalamnya kesenangan kekal tanpa adanya kesengsaraan, kekayaan abadi tanpa adanya kefakiran, dan kemulian melekat, tanpa adanya kehinaan, sebuah kepimimpinan yang menjadi tiket vip bagi pemimpinnya untuk duduk bersantai ria dibawah naungan ilahi disaat semua orang sedang berpeluh menahan panasnnya matahari yang jaraknya hanya sejengkal.

Namun jika tanggung jawabnya adalah sebentuk kejahatan, saksi ketidakadilan, penyebab kesengsaraan, maka kepemimpinannya menjadi malapetaka yang harusnya membuat pemimpinnya merugi, menangis tak henti-henti hingga matanya buta atau keringat menggantikan air mata, sebuah kepemimpinan yang Rasul gambarkan, awalnya adalah cela, keduanya adalah penyesalan dan ketiganya adalah azab hari kiamat

Inilah yang membuat penulis merasa was-was, apakah yang akan penulis lakukan dengan jabatan yang penulis pegang, termasuk golongan yang amanah kah, ataukah yang menyeleweng, di sanalah kegalauan dan dilema yang besar merasuki jiwa dan pikiran penulis.

Dua periode yang hampir usai ini, penulis jalani terasa amat sangat lama, membayangkan tiap detiknya tanggung jawab bertambah dan terus bertambah, menambah berat kaki untuk melangkah, menambah sulit mata untuk terpejam, dan yang lebih mengkhawatirkan, sempurnalah tiap tanggung jawab yang bisa menyeret penulis menjadi kandidat tetap calon penghuni neraka. Namun begitulah perjuangan, karena hidup penulis, hidup kita dan seluruh hidup ummat manusia adalah perjuangan, tinggal siapa yang perjuangannya berarti dan berharga.

Ketika akan menutup akhir periode ini, penulis sangatlah bahagia karena memiliki manusia-manusia yang sangat langka yang pernah penulis temukan, para Immawan-Immawan PK IMM PUTM Putra, bisa menjadi pemimpin dari mereka, itulah pengalaman yang sangat berharga dalam ber-IMM di PUTM ini. Karena dengan mereka, penulis bisa merasakan semangat perjuangan yang meluap-luap namun dibalut dengan kesederhanaan, dalam satu periode berjuang bersama mereka, penulis akhirnya belajar cara tulus dalam berbuat, dengan mereka, satu periode ini penuh warna dengan berbagai macam rasa, bersama mereka orang yang gila kreatifitas tapi bertahan pada kesederhanaan bukan berarti mengalah pada hal yang sederhana, karena hal-hal kecil yang dilakukan bersama bisa menjadi sangat berarti, kerja bakti yang hanya dilakukan sekali seminggu, membuat ketela rambat “godok” menjadi sangat lezat dan nikmat rasanya dan lain sebagainya. Itulah pengalaman yang sangat luar biasa yang penulis rasakan. Sekali lagi, bersama mereka penulis menjadi yakin bahwa kekurangan dan keterbatasan tidak membuat otak buntu ataupun dakwah tak jalan.

Selama dua periode ini, kami melakukan berbagai terobosan baru seperti melakukan diskusi semi panel (kerjasama antara PC IMM AR. Fakhruddin dan PK IMM Stikes Aisyiyah), PUTM Peduli Pendidikan, PUTM Peduli Qurban, Pengadaan Kalender Komisariat, mengikuti kegiatan perlombaan di luar, penjualan gorengan dan Laundry serta memberikan kenang-kenangan kepada tiap bidang yang akan menjabat selanjutnya, karena memang di awal kepemimpinan, telah penulis tekankan bahwa hukumnya wajib memberikan kenang-kenangan dalam bentuk apapun kepada pengurus periode selanjutnya serta terobosan-terobosan lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu di sini oleh penulis.

Tak ada gading yang tak retak. Segalanya tidak mungkin terlepas dari kekurangan. Tergantung bagaimana kita mengatasi kendala dan memanfaatkan kekurangan kita menjadi kelebihan. Kendala yang ada selama dua periode ini adalah lebih banyak kepada kendala waktu dan jarak. Kendala waktu, karena memang jadwal kegiatan perkuliahan di PUTM sangat padat, terutama ketika penulis dan sebagian besar pengurus lain berada di semester terakhir (semester 6), kami semua selama seminggu harus menelan pelajaran-pelajaran dari jumlah 17 mata kuliah yang diselenggarakan di semester 6. Jumlah mata kuliah yang “cukup” banyak jika diselenggarakan dalam satu semester saja. Kendala jarak, karena memang jarak kami yang “ekstrim”, berada di lereng gunung merapi, sehingga ketika melakukan akses seperti rapat dengan PC IMM AR. Fakhruddin ataupun mengikuti acara-acara dari komisariat lain memerlukan jarak minimal 30 KM untuk menempuhnya. Kendala lain adalah semangat para immawan PK IMM PUTM yang fluktuatif, terutama terlihat di semester akhir yang digandrungi banyak tugas ataupun rasa bosan.

Cara jitu untuk menanggulangi semua kendala itu adalah bekerja sama, menjaga komunikasi antar pengurus maupun anggota, sehingga dengan adanya kekurangan yang kita miliki sekarang, bisa menjadi kelebihan kita, menjadikan sesuatu yang kecil, sederhana, bisa menjadi Sesuatu yang besar dan menggelegar.

Gajah mati meninggalakan gading, manusia mati meninggalakan nama. Mungkin ungkapan ini bisa menjadi preambul bagi penulis dalam menyampaikan pesan-pesan kepada para Immawan dan Immawati sekalian dalam naungan PK IMM PUTM Putra dan Putri.

Pertama, belajar itu tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja, atau ilmu itu tidak hanya kita dapatkan di dalam kelas saja, belajar dan ilmu bisa kita dapatkan pula dalam suatu wadah organisasi.

Kedua, pemimpin itu harus siap menjadi ujung tombak dan ujung tombok. Artinya kita sebagai seorang pemimpin yang berada dalam naungan PK IMM PUTM harus siap menjadi ujung tombak, begitu pula menjadi ujung tombok.

Ketiga, tadaburi, resapilah ayat-ayat Al Quran ini yang menjadi pegangan bagi penulis dalam menjalani roda organisai PK IMM PUTM ini (Q.S. At Thalaq ayat 3, Q.S. Al Baqarah 214, Q.S. Al Hasyr ayat 18)

Keempat, PK IMM PUTM is PK IMM PUTM. PK IMM PUTM adalah PK IMM PUTM dengan segala ke-PK IMM PUTM-an nya.

Selamat berjuang adik-adikku!!

Niat t’lah diikrarkan

Kitalah cendekiawan berpribadi

Susila cakap taqwa kepada Tuhan

Pewaris tampuk pimpinan umat nanti

3 komentar:

  1. Wah antm hebat ya?? Antm bs mngutip kata2 alm. ust. Ibnu pdhal kn ktika antm msuk putm bliau dah ga ada... he he..
    1 lagi, seandainya saat itu (pmbentukan imm di putm) antm hadir, ada banyak hal yg perlu dicatat dari alm. ust. ibnu, krna yg mndukung putm itu adlah ust. munir, bkn beliau..
    Diantara yg mnghangat di saat itu (yg sempat ana ingat) adalah:
    1. Apkah ttp mmprtahankan IMTM/ BEM atau berafiiasi mnjadi IMM. Sbagian tmen2 ingin brgabung dg IMM, diantara alasannya adalah selain sbagai sarana untuk mngakses 'dunia luar' (tp alasan yg ini tdk diutarakan saat mngajukan ke pihak putm, yg diajukan tu alasan yg muluk2), juga untuk mewarnai imm.
    2. Ust. Munir stuju, tp alm. ust. Ibnu menyangsikan hal itu, yg sngat beliau khawatirkan adalah brtemunya ank2 putm dg 'si rambut panjang', bhkan beliau brkomentar 'knapa ikut2 imm? krna imm itu sudah kering ruhnya, apa benar kalian bs merubah dan mewarnai imm?' dan masih bnyak lg yg beliau sampaikan saat itu. Intinya ana menangkap beliau agak keberatan putm brgabung dg imm. krna 'putm is putm', putm bukanlah sprti kampus UAD ataupun UMY, putm jauh dari kota (dan saat itu ga ada yg punya motor) dan waktunya sudah habis untuk mengkaji dan mengkaji, seringnya berhubungan dg 'dunia luar' justru lbih dikhawatirkan oleh beliau karna akan mnguras sbagian besar konsentrasinya dalam belajar, bahkan saat itu sempat akan diberlakukan pelarangan memakai hp (tp kami ga setuju, he he).
    3. Dan apa yg trjadi kmudian??? trnyata apa yg dikhawatirkan alm. ust. Ibnu sbagian besar terjadi... Nah tugas Antm tuk mencari tau, antm anak yg rajin... he he he.. Itu hnya sbagian kecil yg bs ana critakan, mngkin tmen2 ana bs mlengkapi dan mngkin mnceritakan dg versi yg berbeda, soalnya wktu itu ana trmasuk yg tdk stuju adanya imm di putm,, Wassalam

    BalasHapus